Minggu, 21 November 2010

Penjahat? (Bener ga' sich?)

Ayam berkokok, burung berkicau, udara dingin mengiringi terbitnya fajar di ufuk timur.  Tetesan air yang berangsur deras menyepikan aktivitas-aktivitas umat manusia.  Di sebuah tempat di pinggiran kota, aku kedinginan dan terbangun dari tidur panjangku.  Kucoba memfungsikan seluruh panca indera untuk membuktikan bahwa nyawaku masih betah tinggal di raga jangkungku.  Dinginnya air seakan menyelinap menembus kulitku.  Kuhirup udara, baunya semerbak menambah buruknya suasana.  Guntur-guntur bersahutan seakan menyela jiwa ragaku yang sudah genap berumur 18 tahun ini.  Air merah mengalir mengitari badanku yang seperti tengkorak ini.  Lalu terpusat pandangan mataku pada suatu bundaran yang melingkar di kaki kiriku, rasanya sakit menusuk sampai ke jantung.  Cacing ganas dan perut yang kosong menambah kepedihan dalam hidupku.  Sesekali pikiranku menerawang bahwa saat inilah nyawaku siap lepas landas meninggalkan bandara yang penuh dengan dosa.
Aku berguling-guling, berputar-putar, dan berteriak-teriak.  Akan tetapi, aku tidak mau mengucapkan kata tolong kepada orang-orang karena aku yakin bahwa tak seorang pun yang mengerti apa arti kata itu.  Dan aku percaya bahwa tak satupun rasanya orang yang sudi menolong seorang kutu busuk jahanam yang telah menjadi parasit di tengah-tengah kehidupan masyarakat.  Di kala ini, aku tersadar bahwa sekarang aku berada di sebuah tempat terpencil yang berada jauh dari keramaian.  Saat itu pula aku teringat bahwa sekarang aku adalah seorang buronan polisi semenjak hari kemarin.
“Aduuuh ... brengsek,  sakit sekaliiii ...,  enggak ada makanan lagi,” terucap di mulut hitamku.
Kuraba-raba setiap ruang di selembar pakaian yang kukenakan dengan harapan mendapatkan makanan.  Dan kutemukan juga sebongkah permen di kantong kiri celana jeansku bekas pesta malam tadi.  Rasanya pahit luar biasa, sama seperti kehidupan yang kualami sekarang ini.  Orang tuaku telah tiada, keluargaku juga tiada, aku hidup sebatang kara, tak seorang pun yang mau memberi kasih sayang dan melindungi diriku dalam mengarungi kehidupan, kecuali besi tajam, kain tebal, dan dinding kayu beratap kajang lapuk yang melindungi dan menemani di setiap waktu sedihku.
Tiba-tiba terdengar sebuah getaran yang diiringi oleh jejak langkah seseorang, semakin lama semakin kencang.  Alangkah terkejutnya hati kecilku ketika melihat sesosok manusia berjenggot putih tebal muncul dari mulut temanku.  Kupandangi seluruh tubuhnya, mukanya kulihat dengan saksama.  Tubuhnya bersinar sehingga  menyilaukan mataku seiring masuknya pancaran kemilau sang mentari melalui lubang-lubang gubuk reotku.  Ia memakai jubah putih, berkerudung putih sehingga mukanya tidak terlihat secara jelas.  Kemudian dia mengulurkan tangannya seakan ingin menjemputku untuk membantu diriku supaya bisa berdiri tegak kembali laksana batu karang yang tak goyah di tengah-tengah amukan gelombang-gelombang maut yang saling berkejaran. 
“Terima kasih ya Tuhan, Engkau menolongku dari kesusahan ini,” pikirku dalam hati.
Lalu tangan kiriku berusaha untuk meraih tangannya.  Namun, dia menarik kembali tangannya dari pandanganku.
“Ada apa ini?  Mungkin aku harus mengganti tangan kiri dengan tangan kanan untuk dapat meraih tangannya,” pikirku sejenak.
Setelah itu kembali dia mengulurkan tangannya yang tertutup jubah besarnya.  Kuulurkan tangan kanan untuk meraihnya.  Namun apa gerangan, apa daya tangan tak sampai, dia menghilang begitu saja dari pandanganku.  Tak terdengar sedikit pun suara getarannya, hanya serpihan-serpihan angin yang menggesek permukaan dedaunan yang terdengar.
“Kemana dia?  Mungkin dia adalah ....  Oh, itu tidak mungkin.  Itu mungkin hanya halusinasiku saja.  Tidak mungkin itu adalah malaikat Izrail.  Aku tak percaya itu.  Tapi biarlah, lupakan saja,” ucapku terkejut.
***
Aku berusaha bangkit untuk berdiri tegap kembali supaya bisa melakukan aktivitas rutinku yang telah dikontrak selama nyawaku masih melekat di raga yang penuh dengan kehinaan ini.  Kupersiapkan alat-alat perangku.  Kuambil sebuah pisau tajam dan kuletakkan di sebelah kiri celanaku.  Aku pun siap memulai hari yang penuh dengan kesuraman, penderitaan, dan pengkhianatan. 
Setiap hari aku bertarung melawan lapar yang membuat diriku melakukan banyak aksi kejahatan.  Merampok, mencuri, dan kebrutalan lainnya aku lakukan sendirian bersama topeng yang terpasang menutupi raut wajah seramku.  Seperih apapun luka yang kuderita takkan mengurung niat ganasku itu.  Ini kulakukan karena terpaksa hanya untuk menafkahi cacing yang berada di dalam diriku yang semakin menggerogoti daging tipis yang tersisa.  Dengan sebuah pisau tajam berukiran made in Indonesia di ujung mengkilapnya, kuhantui orang-orang dengan kekejaman yang tiada henti.
Ketika matahari sudah tepat berada di atas kepala, aku mulai melangkahkan kaki meninggalkan gubuk reot itu menuju pusat keramaian kota tanpa topeng pembalut muka.  Cuaca panas yang membakar kulit hitamku tak juga menyurutkan langkah tegapku.  Diperjalanan, mataku mengeker setiap rumah dan gerak-gerik orang-orang, mencari sasaran untuk menembakkan senjata pamungkasku.  Tanah becek dan bergelombang kujajaki dengan hati penuh harapan.  Tiba-tiba terlihatlah mangsa liarku pergi kesana kemari dengan perasaan yang gelisah.  Rasa lapar di dalam tubuhku menambah gairah untuk mendapatkannya.  Dari kejauhan, mata rajawaliku tak pernah menutup, mengintai sang wanita yang baru keluar dari sebuah ATM.  Kudekati dia perlahan-lahan dengan sikap yang tidak mencurigakan.   Ketika setengah tangan kiriku berhasil masuk ke dalam tas gantungnya, tiba-tiba badanku disekap dan didorong ke pinggiran trotoar oleh seseorang.  Terfokus diriku pada seseorang yang menyekapku tadi, tubuhnya basah penuh lumpur yang menjijikkan.
“Apa yang kau lakukan, bung?” tanyaku dengan muka yang garang.
“Apa ... Apa?”  
“Apa yang barusan kau lakukan kepadaku?” dengan ucapan perpatah kata.
“Aku mendorongmu untuk menghindari guyuran air yang disemburkan oleh sepeda motor yang barusan lewat.”
“Aaaaah ... alasan, bohong kamu?”
“Nih buktinya, badanku basah penuh lumpur.  Seharusnya kau berterima kasih padaku.”
“Aaaaah ... terima kasih, terima kasih, makan tuh terima kasih, brengsek kamu ya, siapa suruh kamu bantuin aku?”
Langsung saja kuambil pisau di balik bajuku, tanpa pikir panjang langsung saja kutusuk perut orang tadi.  Dan aku pun segera pergi dengan pisau yang pernah meringkus puluhan nyawa manusia.  Darah bersimbah, terus mengalir di sekitar badannya.  Kata tolong berusaha ia sebutkan.  Warga sekitar panik melihat kejadian seram itu, ada yang mengevakuasi, dan ada juga yang menghubungi pihak rumah sakit dan kepolisian.  Sedangkan aku berlari tunggang langgang berusaha menghindari tanggung jawab itu.  “Pisau merah” segera kumasukkan ke dalam celanaku untuk menghilangkan jejak langkahku.  Sirine ambulan dan polisi semakin lama semakin kencang membongkar sepinya suasana alam ini.
Tak ada jalan lain lagi, langsung saja aku masuk ke sebuah rumah yang pintunya terbuka lebar.  Alangkah terkejutnya hati besarku ketika bertemu dengan sang pemilik rumah berjenggot putih tebal seperti yang kutemui pagi tadi.  Akan tetapi kali ini mukanya terlihat secara jelas.  Ternyata pemilik rumah itu adalah seorang kakek tua yang sepertinya taat dengan agama.  Dipersilakannya aku untuk duduk di sofa empuknya.
“Ikam ini siapa, kenapa jadi keuyuhan kaya itu?” tanya kakek dengan logat banjarnya.
“Ulun disasahi polisi kai ai.”
“Kenapa bisa kaya itu?” tanya kakek kembali.
Pembicaraan terhenti saat aku memikirkan alasan yang akurat, rasional, dan menjanjikan.
“Eeemm ... ulun anu, ulun dituduh membunuh urang di muka komplek ini,” jawabku terbata-bata, “padahal kada kai ai.”
“Oooo... itukah masalahnya.  Cucuk haja aku dangar gaduh di muka sana, rami banar.”
Tiba-tiba seseorang memotong pembicaraan kami.
“Permisiii ...!
Bergegas sang kakek berlari siput menuju luar rumahnya.  Ketika kakek itu  sudah keluar dari pintu rumahnya, segera bertolak badanku dari sofa lembut itu menyelinap melihat hal yang terjadi di balik sebuah jendela mewah.
“Ada apa, pak?” tanya sang kakek.
“Kaya ini kek, adakah lakian surangan yang bukah laju banar lewat sini?” ucap pemuda yang datang tadi.
“Mohon maaf, ulun kada melihatnya.”
“Makasih ya pak.”
“Iih, sama-sama.”
Hatiku lega dan segera aku kembali ke sofa empuk tadi, seakan tidak mengetahui hal yang barusan terjadi.  Lalu sang kakek masuk kembali duduk berhadapan denganku.  Kutanya sesuatu hal yang barusan terjadi.  Sang kakek menjelaskan bahwa ada seorang lelaki mencari diriku.  Dan ia, sang kakek, memberitahukan hal yang bohong bahwa tak ada seorang pun yang melewati rumahnya.  Kemudian sang kakek pamit kepadaku untuk pergi ke dapur mengambil secangkir minuman.  Di saat inilah, ketika sang kakek berada di dapur, kuamati setiap sudut rumah ini dengan teliti, guci-guci bersandar rapi, benda-benda elektronik bertebaran di berbagai tempat, dan hiasan-hiasan menambah asrinya ruangan yang luas ini.
Setelah beberapa menit berlalu terlihatlah sesosok manusia berjenggot membawa secangkir minuman dari kejauhan menuju ke arahku.
“Ini nah nak, kinum gin banyunya.”
“Inggih kai ai.”
Kuminum air tadi dengan sekali tegukan yang langsung melepaskan dahagaku karena kecapekan.  Setelah air itu habis dan kupikir orang-orang sudah tiada, segera aku berpamitan pulang pada sang kakek untuk kembali kepada temanku yang sudah tua.  Diperjalanan, tak seorang pun yang menghambat setiap langkahku sampai tepat berada di dalam tempat persembunyianku.  Aku terbaring kelelahan begitu saja, siap tertidur sebagai suplemen bekerja nanti malam.
***
Ketika malam kian kelam, bulan purnama sudah mencakar langit, suara-suara hewan nocturnal bersahutan, aku berjalan keluar dari dalam “perut” temanku melaksanakan misi hitam yang ke-100.  Terbayang di benak hitamku sebuah hadiah besar yang akan kuterima di hari ulang tahunku ini.  Ketika tepat di depan sasaran, terlihatlah sebuah hadiah yang sangat besar menanti genggaman tanganku.  Kupandangi suasana sekitar dengan saksama.  Saat kupikir keadaan sudah aman, barulah kubuka sebuah pintu dengan alat perangku tanpa mengeluarkan banyak suara yang bisa mengganggu kepulasan tidur orang-orang di malam hari.  Dengan waktu yang singkat, berhasil kubuka gerbang masuk ke dalam sebuah hadiah besar.  Kakiku berjingkat pelan supaya tidak mengganggu heningnya malam itu.  Pisau tajam yang aku miliki, kugenggam di tangan kiri siap menerjang siapapun yang mengusik diriku.  Kuambil setiap benda berharga yang bisa kubawa dengan ringkas dan praktis.  Tapi, tiba-tiba seekor tikus menghentikan gerak gerikku.  Ia menggigit luka bekas tembakan polisi semalam.  Pisau di tanganku langsung melayang ke arah tikus tadi.  Badan dan kepalanya terpisah satu sama lain.  Rasa sakit membuat emosiku tidak terkendali.  Tanpa disengaja, kata aduh terucap dari mulut besarku.  Namun, hal ini tak merubah heningnya malam pada kondisi sebelumnya.  Kulanjutkan pekerjaanku dengan perasaan tanpa kekhawatiran.  Tapi, seseorang tiba-tiba memukul sekujur kepala belakangku dengan benda yang teramat keras.  Aku pingsan dan tersungkur begitu saja. 
Tiba- tiba aku melihat sebuah rumah sakit megah yang di dalamnya ada seorang wanita yang tengah berusaha melahirkan seorang anak.  Muka wanita itu pucat pasi dengan bersimbah air menutupi permukaan wajah cantiknya.  Tak lama waktu berjalan, seorang bayi kecil mungil keluar dan menangis kencang.
“Anak ibu seorang laki-laki sehat, tidak cacat sedikit pun,” kata sang perawat yang sedang mengevakuasi bayi berdarah itu.
“Terima kasih ya Tuhan, engkau telah mengabulkan doaku,” kata sang ibu dengan senyum gembiranya. 
Seorang lelaki yang berada di sampingnya juga mengucapkan hal yang sama bersyukur kepada Yang Maha Pemberi.  Setelah waktu dua hari terlampaui, ayah, ibu, dan bayi tadi sudah berada di sebuah rumah megah penuh dengan pepohonan yang rindang menghiasi  seluruh halamannya.  Ternyata bayi tadi adalah seorang anak pertama yang dimiliki oleh sebuah keluarga kaya.  Alangkah senangnya lelaki dan wanita penghuni bangunan megah itu menyambut kedatangan si buah hati.
Saat usianya beranjak 4 tahun ia bersekolah di sebuah taman kanak-kanak.  Ia bermain ceria bersama teman sebaya dan guru yang ada di dalam kelasnya.  Di usianya yang ke-6 ia merasakan asyiknya berseragam merah putih, menimba pengetahuan yang lebih tinggi.  Kemudian ia berseragam SMP berwarna biru putih.  Di sini ilmu pengetahuan ia cari semaksimal mungkin, tidak mau dia menyia-nyiakan satu ilmu pun.  Dan terbukti hasil jerih payahnya, berkali-kali ia dinobatkan sebagai sang juara olimpiade tingkat kota, provinsi, nasional, bahkan kelas internasional.  Berbagai penghargaan terpampang menghiasi setiap dinding rumahnya. 
Tetapi di sinilah, di bangku SMA, keluarganya mulai kurang harmonis, orang tuanya bercerai, ia diasuh oleh ibunya seorang.  Tak ada lagi pemasukan untuk menghidupi mereka berdua karena ayahnya merupakan tulang punggung mereka.  Akan tetapi ibunya berjanji untuk menyekolahkannya sampai selesai.  Dan hal ini membuat ibunya mencari alternatif pekerjaan untuk menghidupi cacing yang berada di dalam setiap daging mereka.  Menjadi pedagang kain adalah satu-satunya pondasi untuk membangun kekuatan raga mereka.  Anak itu selalu membantu ibunya dalam bekerja setiap hari.  Kegigihan dan berusaha adalah pedomannya.  Mereka hidup sejahtera berkat kerja keras mereka yang membuahkan hasil yang sangat sempurna yaitu mereka menjadi pedagang sukses yang terkenal di seluruh pelosok dunia atas kain eksotis yang mereka jual.
Namun ketika anak itu menginjak usianya yang ke-17, saat duduk di tengah-tengah bangku SMA, kehidupan mereka berubah drastis.  Ibunya sering terserang berbagai penyakit.  Dan semua sektor sumber pemasukan mereka terbengkalai karena tidak ada lagi yang mengurusi dagangan mereka.  Semua harta yang mereka miliki habis digunakan untuk berobat semaksimal mungkin demi kesembuhan sang ibu.  Rumah megah semakin menyusut menjadi rumah sederhana dan berubah lagi menjadi rumah miskin dengan halaman semrawut, angker, dihiasi dengan pepohonan kuning menjulang tinggi. 
Seiring waktu berlari, kehidupan mereka terus memburuk.  Sampai pada akhirnya, sebuah kolong jembatan dijadikan sebagai tempat bernaung mereka.  Tidak seorang warga pun yang tersentuh hatinya untuk membantu meringankan beban mereka.  Sedangkan ayahnya tidak tahu pergi entah kemana semenjak perceraian itu.  Dan hati sang anak semakin terpukul setelah satu-satunya penopang ekonomi yang sangat ia cintai, tewas terserang penyakit yang sangat sulit untuk disembuhkan, penyakit yang tidak memiliki obat penyembuhnya.  
Lalu dia hidup sebatang kara.  Tak ada lagi yang melindungi dan memberi kasih sayang kepadanya.  Perekonomiannya semakin melemah akibat dari terbengkalainya pekerjaan berdagang ibunya.  Oleh karena itu, hal ini membuat dia bertekad dan berjuang secara gigih untuk bisa hidup mandiri dan berpikir untuk meneruskan pekerjaan ibunya menjadi seorang pedagang kain eksotis yang belum diketahui namanya. 
Selain bekerja menjadi pedagang, bersekolah pun tetap ia jalani berkat program pendikikan gratis yang dilancarkan oleh pemerintah.  Dan di sekolahnya itu pun tak luput menjadi tempat pemasaran kain eksotisnya.  Semua warga sekolah menyukai barang tersebut dan banyak orang yang berperan sebagai konsumennya.  Hingga suatu ketika seorang guru kesenian bertanya kepada dia mengenai kain itu,
“Bagaimana cara membuatnya nak?” tanya sang guru.
“Caranya mudah saja bu.  Pertama-tama kita harus menyiapkan bahan dan alatnya berupa kain putih, jarum, benang, kertas tebal bermotif, baskom, pewarna kain, sendok kayu, pensil, dan air panas,” jawabku.
“Setelah itu?”
“Kedua, gambar motif yang diinginkan di atas kain putih, lalu jelujur semua garisan motif yang ada di kain dengan benang yang kuat.  Selesai dijelujur, benang jelujuran ditarik seerat mungkin, hingga kain mengerut dan tak bisa dibuka.  Ikat kuat-kuat.  Perlu diingat, semakin kuat tarikan, semakin bagus hasilnya. Karena, tarikan yang tak kuat, bisa memungkinkan air masuk ke dalam jelujuran, dan jika terjadi hal demikian akan berdampak jelek dengan hasil akhirnya.  Setelah terikat kuat, celuplah kain tersebut ke dalam air panas yang sudah diberi pewarna.  Kemudian aduk hingga merata menggunakan sendok kayu supaya tangan tidak melepuh terkena air panas.  Setelah diyakini pewarna sudah merata, tiriskan kain tersebut dan biarkan air turun dengan sendirinya.  Setelah tiris, buka jahitan dengan hati-hati, karena ketidakhati-hatian bisa menyebabkan kesobekan pada kain.  Setelah semua jelujuran lepas, kibas-kibaskan kain, lalu jemur di tempat teduh. Namun, jangan menjemur di tempat panas karena penjemuran di tempat panas, mengakibatkan warna menjadi pudar.  Dan terakhir, setelah kain benar-benar kering, setrikalah kain itu,” uraiku panjang lebar.
”Lantas apa nama kainnya?”
”Untuk sekarang, saya belum memikirkannya.”
”Bagaimana kalau kain sasirangan yang diambil dari namamu, Sasir, dan nama ibumu, Angan?” usul guruku.
”Eeeeem ... boleh juga,” sambutku dengan ceria.
Lalu terciptalah sebuah nama untuk kain eksotis peninggalan ibuku yaitu “kain sasirangan”.  Akan tetapi, setelah beberapa waktu berjalan, berita pahit muncul kembali.  Prestasi belajarnya terus menurun.  Pola hidup yang tidak sehat mulai terjadi di penghujung ia mencicipi bangku SMA dan pada saat yang bersamaan ia berkenalan dengan remaja yang kurang baik.  Narkoba, psikotropika, dan zat adiktif ia konsumsi setiap hari.    Bangku kuliah tidak berhasil ia jajaki setelah ia dikeluarkan dari SMA karena telah membobol keperawanan seorang gadis, dan melakukan pesta narkoba di hari ulang tahunnya yang ke-18. 
Waktu terus bergulir menambah buruk kehidupannya.  Semakin hari semakin bertambah catatan tindak kriminal yang dikerjakannya.  Lalu terhentilah kisahku sampai di sini karena aku terbangun dari pingsanku di sebuah kamar bersih, indah penuh keasrian yang menyambut datangnya kemilau sang mentari.  Tidak lama kemudian, pintu kamar bergetar dan jejak langkah pun mulai terdengar.  Semakin lama semakin kencang, ternyata itu adalah orang yang aku rampok malam tadi.  Kupandangi seluruh tubuhnya, mukanya kulihat dengan saksama.  Lalu bertolak badanku dari kasur lembut tadi mencekam uluran tangan lekaki tua berjenggot itu, seraya ingin memeluknya erat-erat.
Akhirnya aku keluar dari ruangan tadi sambil melihat tulisan yang terpampang di atas pintu keluarnya.  Terlihat jelas tulisan yang berwarna merah dan besar yang bertuliskan “Kamar Jenazah”.  Aaaarggghhhh ...!  “Aku gagal.”  Aku takut dan berlari menuju sebuah rumah megah yang sangat besar di ujung jalan sana dengan langkah pasti.

Senin, 15 November 2010

Penggunaan Bahan Bakar Minyak dari Tumbuhan (Biofuel)

          Bahan bakar minyak (bbm) merupakan barang mutlak yang sangat dibutuhkan di era sekarang ini.  Betapa tidak, penggunaan alat-alat transportasi dan alat-alat rumah tangga tak bisa luput dari peranan bahan bakar minyak sebagai penggerak utamanya.
Adapun minyak bumi yang merupakan sumber daya penghasil bahan bakar minyak merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbarui.  Ini berarti jika minyak bumi habis, maka tidak akan dapat segera tergantikan mengingat butuh waktu jutaan tahun untuk proses pembentukannya.  Perkiraan bahwa cadangan minyak bumi Indonesia yang akan habis dalam 10-15 tahun ke depan, jika tak ditemukan lagi ladang minyak baru, dibenarkan oleh para analis energi minyak bumi.  Menurut mereka hal ini adalah masuk akal, melihat kenyataan pada tingkat konsumsi minyak masyarakat yang berada pada kisaran pertumbuhan konsumsi 5-6% pertahun (WARTA PERTAMINA, edisi Mei 2006).
Dikarenakan persediaan minyak bumi yang semakin menipis tentu berdampak terhadap penyediaan bahan bakar minyak.  Sehingga suplai bahan bakar minyak ke masyarakat untuk kebutuhan domestik semakin berkurang.  Namun, selain alasan krisis bbm yang disebabkan menipisnya cadangan bahan baku, terdapat faktor lain yaitu lemahnya kebijakan pemerintah dalam mengelola kebutuhan energi nasional.
Indonesia yang memproduksi minyak bumi  900.000 barel perhari, 50% diekspor ke luar negeri dikarenakan minyak bumi kita dikuasai oleh asing sebesar 87% (Banjarmasin Post, edisi 23 September 2010) menjadikan salah satu penyebab mengapa kita mengalami krisis bbm.  Hal ini terindikasikan dari banyaknya antrian bbm di beberapa tempat terkhusus di Kalimantan Selatan yang memang sudah menjadi langganan kekurangan bahan bakar minyak karena penyediaannya kalah besar dengan konsumsi kebutuhan masyarakat setempat. 
Di tahun 2010 ini pun, kita masih merasakan hal tersebut, terlihat dari kepanikan pemerintah daerah dalam rencana untuk langsung datang kekementrian ESDM di  Jakarta dalam rangka menambah penjatahan bbm untuk wilayah Kalimantan Selatan.  Kita patut mengapresiasi upaya pemerintah yang berusaha keras untuk mengatasi permasalahan ini.
Terlepas dari itu semua, memang tak dapat dipungkiri suatu saat pasti bbm yang berasal dari minyak bumi (fosil) akan lenyap dari pandangan kita.  Dan itu adalah masa krisis massal  yang nantinya akan berdampak secara sitematis dan struktural.  Untuk itu, demi menyelamatkan kondisi dari krisis, nampaknya mau tidak mau perlu adanya penggalakkan penggunaan energi minyak yang berasal dari tumbuhan yang sering dikenal dengan sebutan biofuel  seperti biodiesel jarak pagar sebagai pengganti solar, bioetanol/biobutanol dari ubi kayu, gandum, kentang, dan jagung sebagai pengganti bensin, dan biokerosin dari lateks karet pengganti minyak tanah yang dapat digunakan secara langsung sebagaimana penggunaan minyak tanah dari fosil (hasil penelitian Robby Adwa Fahlepi, tahun 2008). 
Mengingat kondisi Indonesia yang mencukupi syarat tumbuh tanaman-tanaman tersebut dan sangat mudah kita temukan dalam keseharian kita, nampaknya akan membawa berita gembira bagi masyarakat Indonesia khususnya, tinggal menunggu kebijakan pemerintah untuk memproduksinya secara massal.  Dengan menggunakan bahan bakar minyak dari tumbuhan (biofuel) tentu akan mampu mengatasi krisis energi bbm di Kalsel khususnya dan Indonesia pada umumnya , selama tumbuhan tersebut mampu tumbuh subur di negeri ini.  Krisis bahan bakar minyak terselesaikan, krisis lingkungan akan semakin terobati berkat penggunaan biofuel yang jauh lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil yang dikenal selama ini sebagai penyebab utama timbulnya pemanasan global.

Penetapan Idul Adha 1431 H

Perbedaan Penetapan Idul Adha 1431 H

KANTOR JURUBICARA
HIZBUT TAHRIR INDONESIA
Nomor: 188/PU/E/11/10
Jakarta,  02 Dzulhijjah 1431 H/08 November 2010 M
PERNYATAAN
HIZBUT TAHRIR INDONESIA
Perbedaan Penetapan Idul Adha 1431 H
Sebagaimana telah diberitakan,  Pemerintah RI melalui Departemen Agama telah menetapkan bahwa Idul Adha 1431 H tahun ini jatuh pada hari Rabu, 17 November 2010. Bila Idul Adha adalah 10 Dzulhijjah, maka 9 Dzulhijjah-nya atau Hari Arafah, hari dimana jamaah haji wukuf di Arafah, mestinya jatuh sehari sebelumnya, yakni 16 November 2010.
Sementara Mahkamah Agung Kerajaan Arab Saudi berdasarkan hasil ru’yah telah mengumumkan bahwa 1 Dzulhijjah jatuh bertepatan dengan tanggal 7 November 2010, maka Wukuf atau Hari Arafah (9 Dzulhijjah) jatuh pada 15 November 2010. Dengan demikian Idul Adha (10 Dzulhijjah) akan jatuh pada hari Selasa, 16 November 2010, bukan hari Rabu, 17 November 2010 seperti ketetapan Pemerintah RI.
Berkenaan dengan hal di atas, , Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:
1.   Bahwa bila umat Islam meyakini, bahwa pilar dan inti dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah, sementara Hari Arafah itu sendiri adalah hari ketika jamaah haji di Tanah Suci sedang melakukan wukuf di Arafah, sebagaimana sabda Nabi saw.:
«اَلْحَجُّ عَرَفَةُ»
Ibadah haji adalah (wukuf) di Arafah. (HR at-Tirmidzi, Ibn Majah, al-Baihaqi, ad-Daruquthni, Ahmad, dan al-Hakim. Al-Hakim berkomentar, “Hadits ini sahih, sekalipun beliau berdua [Bukhari-Muslim] tidak mengeluarkannya.”).
Juga sabda beliau:
«فِطْرُكُمْ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ وَأَضْحَاكُمْ يَوْمَ تُضَحُّوْنَ، وَعَرَفَةُ يَوْمَ تُعَرِّفُوْنَ»
Hari Raya Idul Fitri kalian adalah hari ketika kalian berbuka (usai puasa Ramadhan), dan Hari Raya Idul Adha kalian adalah hari ketika kalian menyembelih kurban, sedangkan Hari Arafah adalah hari ketika kalian (jamaah haji) berkumpul di Arafah. (HR as-Syafii dari ‘Aisyah, dalam al-Umm, juz I, hal. 230).
Maka mestinya, umat Islam di seluruh dunia yang tidak sedang menunaikan ibadah haji menjadikan penentuan hari Arafah di tanah suci sebagai pedoman. Bukan berjalan sendiri-sendiri seperti sekarang ini. Apalagi Nabi Muhammad juga telah menegaskan hal itu. Dalam hadits yang dituturkan oleh Husain bin al-Harits al-Jadali berkata, bahwa Amir Makkah pernah menyampaikan khutbah, kemudian berkata:
«عَهِدَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ e أَنْ نَنْسُكَ لِلرُّؤْيَةِ فَإِنْ لَمْ نَرَهُ وَشَهِدَ شَاهِدَا عَدْلٍ نَسَكْنَا بِشَهَادَتِهِمَا»
Rasulullah saw. telah berpesan kepada kami agar kami menunaikan ibadah haji berdasarkan ru’yat (hilal Dzulhijjah). Jika kami tidak bisa menyaksikannya, kemudian ada dua saksi adil (yang menyaksikannya), maka kami harus mengerjakan manasik berdasarkan kesaksian mereka. (HR Abu Dawud, al-Baihaqi dan ad-Daruquthni. Ad-Daruquthni berkomentar, “Hadits ini isnadnya bersambung, dan sahih.”).
Hadits ini menjelaskan: Pertama, bahwa pelaksanaan ibadah haji harus didasarkan kepada hasil ru’yat hilal 1 Dzulhijjah, sehingga kapan wukuf dan Idul Adhanya bisa ditetapkan. Kedua, pesan Nabi kepada Amir Makkah, sebagai penguasa wilayah, tempat di mana perhelatan ibadah haji  dilaksanakan, untuk melakukan ru’yat; jika tidak berhasil, maka ru’yat orang lain, yang menyatakan kesaksiannya kepada Amir Makkah. Berdasarkan ketentuan ru’yat global, yang dengan kemajuan teknologi informasi dewasa ini tidak sulit dilakukan, maka Amir Makkah berdasar informasi dari berbagai wilayah Islam dapat menentukan awal Dzulhijjah, Hari Arafah dan Idul Adha setiap tahunnya dengan akurat. Dengan cara seperti itu, kesatuan umat Islam, khususnya dalam ibadah haji dapat diwujudkan, dan kenyataan yang memalukan seperti sekarang ini dapat dihindari.
2.   Menyerukan kepada seluruh umat Islam, khususnya di Indonesia agar kembali kepada ketentuan syariah, baik dalam melakukan puasa Arafah maupun Idul Adha 1431 H, dengan merujuk pada ketentuan ru’yat untuk wuquf di Arafah, sebagaimana ketentuan hadits di atas.
3.   Menyerukan kepada umat Islam di Indonesia khususnya untuk menarik pelajaran dari peristiwa ini, bahwa demikianlah keadaan umat bila tidak bersatu. Umat akan terus berpecah belah dalam berbagai hal, termasuk dalam perkara ibadah. Bila keadaan ini terus berlangsung, bagaimana mungkin umat Islam akan mampu mewujudkan kerahmatan Islam yang telah dijanjikan Allah? Karena itu, perpecahan ini harus dihentikan. Caranya, umat Islam harus bersungguh-sungguh, dengan segala daya dan upaya masing-masing, untuk berjuang bagi tegaknya kembali Khilafah Islam. Karena hanya khalifah saja yang bisa menyatukan umat. Untuk perjuangan ini, kita dituntut untuk rela berkorban, sebagaimana pelajaran dari peristiwa besar yang selalu diingatkan kepada kita, yaitu kesediaan Nabi Ibrahim as. memenuhi perintah Allah mengorbankan putranya, Ismail as. Keduanya, dengan penuh tawakal menunaikan perintah Allah SWT itu, meski untuk itu mereka harus mengorbankan sesuatu yang paling dicintai. Allah berfirman:
]يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا ِللهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ[
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul apabila dia menyeru kalian demi sesuatu yang dapat memberikan kehidupan kepada kalian. (QS al-Anfal [8]: 24).
Wassalam,
Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia

Muhammad Ismail Yusanto
Hp: 0811119796 Email: Ismailyusanto@gmail.com
http://hizbut-tahrir.or.id/2010/11/12/perbedaan-penetapan-idul-adha-1431-h/

Selasa, 12 Oktober 2010

Berapa Ongkos membesarkan anak ????

Seorang anak yg mendapati ibunya sdg sibuk di dapur. Lalu menuliskan sesuatu di selembar kertas. Ibu menerima kertas tsb & membacanya.
Ongkos upah membantu Ibu :
-         Membantu ke warung 20rb
-         Menjaga adik 20rb
-         Membuang sampah 5rb
-         Membereskan t4 tdr 10rb
-         Nyiram bunga 15rb
-         Nyapu lantai 15rb
-         Jumlah seluruhnya : 85rb
Selesai membaca, Ibu tersenyum, mengambil pena & menuLis dibelakang kertas yg sama :
-         Mengandung selama 9 bLn – GRATIS
-         Jaga malam karena menjagamu – GRATIS
-         Airmata yg menetes karenamu-GRATIS
-         Khawatir memikirkan keadaanmu – GRATIS
-         Menyediakan makan, minum, pakaian & keperluanmu-GRATIS.
-         Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku-GRATIS 
Air mata anak berlinang, lalu dia memeluk ibunya & berkata, "Saya Sayang Ibu".Lalu dia mengambil pena & menulis dikertas : "LUNAS" 

Rabu, 08 September 2010

Pengumuman Hasil Pencarian Hilal: 1 Syawal 1431 H Jatuh Pada Hari Jum’at (10 September 2010)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الريم
Pengumuman Hasil Pencarian Hilal 1 Syawal 1431 H
Segala puji hanya bagi Allah. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah saw, keluarga, para sahabat dan siapa saya yang loyal kepada Beliau dan siapa saja yang menelusuri garis Beliau dan menjadikan akidah Islam sebagai asas pemikirannya dan hukum-huku syara’ sebagai standar aktivitas-aktivitasnya dan sumber bagi hukum-hukumnya.
Imam Bukhari telah mengeluarkan di dalam Shahîh-nya dari jalur Muhammad ibn Ziyad, ia berkata: aku mendengar Abu Hurairah ra., berkata: “Nabi saw bersabda atau ia (Muhammad ibn Ziyad) berkata: Abu al-Qasim saw bersabda:
«صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِيْنَ»
Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berbukalah kalian karena melihatnya, jika hilal itu tertutup bagi kalian (tidak bisa terlihat) maka genapkanlah hitungan Sya’ban menjadi 30 hari
Setelah mencari hilal Syawal 1431 H pada malam ini (malam Kamis), ternyata hilal syar’i tidak terlihat di beberapa negeri kaum Muslim. Karena itu,
Shaum Ramadhan digenapkan 30 hari, dan
Idul Fitri (1 Syawal 1431H) jatuh pada hari JUM’AT, 10 September 2010.
Segenap keluarga besar Hizbut Tahrir Indonesia mengucapkan mohon maaf lahir dan batin
تقبل الله منا ومنكم تقبل يا كريم
Semoga Allah muliakan kita dengan bai’at kepada Khalifah kaum Muslim di dalam Khilafah Rasyidah yang kedua. Allahumma amin, amin, amin.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

sumber : http://hizbut-tahrir.or.id/2010/09/09/23413/

Jumat, 27 Agustus 2010

PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir)

A. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Berkembangnya peradaban manusia dan teknologi mempengaruhi gaya hidup manusia, hampir semua aktivitas manusia terikat dengan berbagai macam alat dan benda yang semuanya membutuhkan energi listrik baik di bidang transportasi, produksi ekonomi, proses belajar mengajar, kesehatan hingga perabot rumah tangga, semuanya tidak dapat dipisahkan. Namun meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan listrik tidak sebanding dengan ketersediaan listrik yang diproduksi

Sebagaimana diketahui energi listrik dapat diperoleh dengan memanfaatkan tenaga-tenaga yang bersumber dari alam. Pembangkit listrik yang tergolong ramah terhadap lingkungan seperti air, dan angin. Namun untuk pembuatannya terbilang mahal. Di samping itu, efisiensi energi listrik yang dihasilkan pun tidak begitu besar dan untuk menjalankannya tergantung dari kondisi cuaca/lingkungan, tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
Akan tetapi, ada pula pembangkit-pembangkit listrik yang memiliki efisiensi energi listrik yang lebih besar seperti pembangkit listrik tenaga uap batubara, gas alam, dan bbm (bahan bakar minyak), namun memiliki efek negatif yakni menimbulkan permasalahan dan kerusakan lingkungan.

Permasalahan yang mulai muncul tidak hanya karena keterbatasan cadangan bahan bakar fosil (batubara, gas alam, dan petroleum) di bumi ini, tapi adalah dampak negatif dari ketergantungan sumber energi fosil tersebut, misalnya gas buang dari hasil pembakaran batu bara yang menghasilkan gas karbon dan debu dan sisa produksi listrik dari bahan bakar minyak yang menghasilkan gas CO2 yang mulai merusak atmosfer dan efek rumah kaca.

Di sisi lain, meningkatnya permintaan stok batu bara, gas alam, dan minyak bumi membuat eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam, seperti penggundulan hutan, penambangan liar, dan pencemaran laut yang mengakibatkan kerusakan ekosistem penghuni dunia ini.

Oleh karena itu, diperlukan suatu pembangkit listrik yang mempunyai karakteristik perpaduan semua efek positif dari pembangkit-pembangkit yang telah dijabarkan di atas. Solusinya hanya terdapat pada suatu pembangkit listrik yang banyak memiliki dampak positif daripada mudaratnya yaitu pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

B. Upaya Mengatasi Krisis Listrik dan Lingkungan

Kebanyakan orang mengenal “nuklir” sebagai sosok seram yang menakutkan dan mematikan. Anggapan ini terekam kuat dalam ingatan orang awam yang tidak pernah tahu, apa dan bagaimana nuklir itu; dan hanya menerima cerita dari sisi bahaya dan dahsyatnya saja. Cerita yang mencuat ke permukaan selama ini, selalu berkisar tentang dahsyatnya bom nuklir yang meluluhlantakkan kota Hiroshima dan Nagasaki atau bencana bocornya reaktor nuklir di Bhopal (India) dan Chernobyl (Rusia) yang banyak menelan korban jiwa atau bahaya ancaman penyalahgunaan pengembangan nuklir untuk dijadikan senjata, yang sengaja dihembuskan oleh negara-negara yang selama ini memiliki dan menikmati manfaat teknologi nuklir.

Penolakan terhadap “Indonesia Go Nuclear 2016” oleh sekelompok masyarakat yang dimotori LSM tertentu tampaknya perlu intropeksi diri, mengingat saat ini bangsa kita sudah terpuruk jauh. Sementara Vietnam (yang merdekanya belakangan) sudah mengambil ancang-ancang dan siap tinggal landas bersama teknologi nuklir dan kita masih berkutat di sekitar pro dan kontra pembangunan reaktor nuklir. Tapi disisi lain kita menginginkan ketahanan energi yang dapat membawa bangsa ini hidup mandiri dan sejahtera.

Untuk menjadi sebuah negara maju, kita memerlukan ketersediaan energi dengan jumlah yang cukup, dalam waktu yang tepat, dengan kualitas yang tinggi serta murah dan memadai. Pendayagunaan iptek nuklir di bidang energi mendukung Program Ketahanan Energi Nasional, sehingga masyarakat dapat menikmati listrik yang menjamin kelangsungan industri. Dengan demikian kehadiran nuklir di tengah-tengah kehidupan tidak perlu dirisaukan, karena dibalik risiko yang ditakutkan, nuklir banyak membawa kemaslahatan bagi manusia.

Nuklir merupakan energi terbarukan yang sangat diperlukan untuk manusia dewasa ini. Banyak sekali keuntungan dan kelebihan energi nuklir bagi kehidupan terutama dalam pemenuhan energi listrik. Selain itu, nuklir juga bisa dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi masalah lingkungan yang kian hari kita rasakan dampaknya diantaranya seperti pemanasan global dan pencemaran udara yang dimana penyebab utamanya adalah dari pembakaran bahan bakar fosil (batubara, gas alam, dan minyak bumi) yang tidak sebanding dengan pencegahannya.
Oleh sebab itu, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) mutlak didirikan di negeri ini karena sumbernya berkelimpahan di alam Indonesia, bisa dibangkitkan dalam skala besar, ekonomis dalam skala massal, memiliki fleksibilitas tinggi (satu gram uranium memiliki energi yang sama dengan pembakaran satu ton batubara), dan ramah lingkungan.

Kalau pun banyak orang menganggap bermasalah, maka masalahnya itu tergolong mudah untuk dipecahkan seperti penaganan limbah radioaktif yang memiliki potensi bahaya besar dan radiasinya yang bisa merusak lapisan di muka bumi ini. Namun, jika kita bisa menanganinya dengan baik, pasti energi nuklir adalah merupakan sumber energi yang menjadi solusi krisis energi dan listrik masalah lingkungan. Permasalahan yang dianggap masyarakat dari penggunaan PLTN tentang limbah radioaktif dan radiasinya sebenarnya mudah dicari jalan keluarnya yaitu dengan mengorbankan sebagian dari ribuan pulau di Indonesia untuk dijadikan tempat mendirikan PLTN.
Tidak heran, jika negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Rusia, Korea, Taiwan, Jepang, Cina, India, dan negara lainnya memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir karena mereka mengetahui bahwa inilah salah satu solusi sumber energi yang menjanjikan. Apalagi jika penelitian tentang reaktor pembiak cepat berhasil dikembangkan, dunia bakal memiliki sumber energi sempurna yang takkan pernah habis.

Untuk menangani kegelisahan masyarakat terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir, perlu ditindak lanjuti secara serius karena mau tidak mau, suatu saat nanti kita harus menggunakannya jika ingin menjadi sebuah negara yang maju. Di sinilah peran pemerintah diperlukan dalam rangka mensosialisasikan pembangkit listrik tenaga nuklir supaya rencana program “Indonesia Go Nuclear 2016” terealisasi dan mampu mengangkat martabat Indonesia di mata dunia.

Comment by "RAF":
Bukan hanya strategi penggunaan nuklir yang mampu sepenuhnya mengangkat martabat Indonesia di mata dunia....
Namun sebenarnya hal itu kembali lagi kepada bagaimana sistem pemerintahan negara ini. Ibarat sebuah lalu lintas sopir adalah pemimpinnya sedangkan rambu-rambu adalah merupakan sistem yang diterapkan di negara ini.... Lantas jika negara ini hendak maju, mesti memperbaiki kedua hal tersebut....
Sudah sepatutnya semua muslimin bersatu di bawah nanungan sebuah institusi islamiyah agar mampu menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa besar.... Janganlah kita terpecah dan dikotak-kotakkan seperti sekarang ini. :D

ingat hadits rasul!!!
“Dari Abu Amir Abdullah bin Luhai, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, bahwasanya ia pernah berdiri di hadapan kami, lalu ia berkata : Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah SAW pernah berdiri di hadapan kami, kemudian beliau bersabda : Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kami dari ahli kitab terpecah menjadi 72 golongan, dan sesungguhnya umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan. Adapun yang tujuh puluh dua akan masuk neraka dan satu golongan akan masuk surga, yaitu “Al-Jama’ah”.


atau


“Dari Auf bin Malik ia berkata : Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam : Sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, satu golongan masuk surga, dan tujuh puluh dua golongan masuk neraka”. Beliau ditanya : “Ya Rasulullah, Siapakah satu golongan itu ?”. Beliau menjawab ; “Al-Jama’ah”.

Kamis, 26 Agustus 2010

Misteri Al-Qur`an dan As-Sunnah Tentang Pelestarian Lingkungan

Akhir-akhir ini penduduk bumi resah dan dirisaukan oleh dampak pemanasan global. Krisis lingkungan ini perlahan merambah wajah bumi dan menyebabkan terjadinya peningkatan permukaan air laut. Al-qur’an secara lugas mengingatkan dampak pemanasan global, diantaranya surah Al-Infitar ayat 3, “Dan apabila laut dijadikan meluap”, surah Al-Takwir ayat 6, “Dan lautan yang penuh gelombang”, surah Al-Thur ayat 6, “Dan apabila lautan dipanaskan”. Ketiga ayat ini mengindikasikan bahwa, “Bila laut melimpah dan meluap”, maka dampak yang ditimbulkan berimplikasi pada banyak hal seperti perubahan cuaca, angin topan, perubahan iklim, gangguan ekologis, gangguan keamanan pangan, gangguan demografis, dan juga gangguan geografis.

Kondisi bumi saat ini sudah semakin parah. Bencana datang sambung menyambung seakan tak pernah putus. Mulai dari banjir, tanah longsor, semburan lumpur, gempa bumi, angin puting beliung, penyakit menular, kebakaran hutan, dan kekeringan hingga ancaman kiamat 2012. Semua itu terjadi akibat ulah tangan manusia yang dengan rakus menguras bumi dan isinya (sumber daya alam berupa batubara, minyak bumi, emas, kayu, dan lain-lain). Pasak-pasak bumi kian hari semakin rapuh aibat tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab yang hanya mencari keuntungan dunia saja.
Akibat perbuatan manusia ini telah tergambar pada firman Allah swt, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Q.S. Ar-Rum, ayat 41).

Demikian juga balasan yang akan ditimpakan kepada perusak lingkungan, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang memotong pohon Sidrah, maka Allah akan meluruskan kepalanya tepat ke dalam neraka.” (H.R. Abu Daud dalam Sunannya).

Jelaslah bahwa perusak lingkungan akan menuai hasil perbuatannya kelak di akhirat, di samping balasan yang nyata di dunia. Oleh karena itu, manusia harus menjauhi perbuatan dari kehidupan yang merusak lingkungan. Hijau bumi sebagai sumber kehidupan harus tetap lestari.

Ingatlah ketika Allah swt memerintahkan Adam a.s. bercocok tanam saat turun ke bumi. Ketika Rasulullah mengajarkan kepada para sahabat tentang pentingnya bercocok tanam, menanam pepohonan, dan anjuran mengolah lahan tandus menjadi lahan subur. Rasulullah menjanjikan bagi setiap perbuatan yang mendatangkan rahmat dan barokah dengan pahala besar, seperti usaha untuk memakmurkan bumi.

Memakmurkan bumi termasuk ibadah kepada Allah swt. Dalam beribadah tentunya tidak mengenal tempat dan waktu. Demikian halnya terhadap lingkungan, sikap optimis dan tidak ada istilah terlambat berbuat untuk perbaikan lingkungan, meskipun bencana sudah terjadi dimana-mana. Nabi bersabda, “Kalau tiba saatnya (kiamat), sedangkan ditangan ada biji (kurma), maka tanamlah segera.” (H.R. Bukhari)

Dalam suatu kisah diriwayatkan, ada seorang penghuni surga, ketika ditanyakan kepadanya, perbuatan apakah yang dilakukannya di dunia hingga ia menjadi penghuni surga? Dia menjawab, bahwa selagi di dunia ia pernah menanam sebuah pohon. Pohon itu ia rawat dengan sadar dan tulus ikhlas hingga pohon tersebut tumbuh subur dan besar. Menyadari akan keadaannya yang miskin ia teringat bunyi sebuah hadis, “Tidaklah seorang muslim yang menanam tanaman atau menyemai tumbuh-tumbuhan, kemudian buah atau hasilnya dimakan manusia dan burung, melainkan yang demikian itu shadaqah baginya” (H.R. Muslim). Didorong niat untuk bersedekah, maka ia biarkan orang berteduh di bawahnya dan diikhlaskannya manusia dan burung memakan buahnya. Sampai ia meninggal, pohon itu masih berdiri hingga setiap orang (musafir) yang lewat dapat istirahat berteduh dan memetik buahnya untuk dimakan atau sebagai bekal perjalanan. Burung pun ikut menikmatinya. Riwayat tersebut memberikan nilai yang sangat berharga sebagai bahan renungan, artinya dengan adanya kepedulian terhadap lingkungan memberikan dua pahala sekaligus, yaitu pahala surga dunia berupa hidup bahagia dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih, indah, dan hijau serta pahala akhirat di kemudian hari.

Dalam konteks pelestarian bumi dari kerusakan, maka Konsep Pembangunan Lingkungan yang berwawasan Al-Qur’an dan Hadis dapat dijadikan pedoman bagi pengambil kebijakan dan pelaksana kegiatan. Konsep ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
-Bahwa manusia sebagai khalifah di bumi, harus menguasai (minimal memahami) ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengembangkannya dalam nuansa humanisme dan aroma spiritual;
-Bahwa manusia harus menyingkirkan hawa nafsu dan amarah, dengan menampilkan akhlak mulia yang bermuara dari akal dan iman, sehingga tidak rakus, tidak tamak, dan tidak kufur ni’mat dalam mengeksploitasi lingkungan;
-Bahwa manusia yang mendambakan kehidupan akhirat (surga), kini saatnya memanfaatkan alam secara arif dan bijaksana ,dan segera menyadari kekeliruan karena semua perbuatan di dunia akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah swt.