Jumat, 27 Agustus 2010

PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir)

A. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Berkembangnya peradaban manusia dan teknologi mempengaruhi gaya hidup manusia, hampir semua aktivitas manusia terikat dengan berbagai macam alat dan benda yang semuanya membutuhkan energi listrik baik di bidang transportasi, produksi ekonomi, proses belajar mengajar, kesehatan hingga perabot rumah tangga, semuanya tidak dapat dipisahkan. Namun meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan listrik tidak sebanding dengan ketersediaan listrik yang diproduksi

Sebagaimana diketahui energi listrik dapat diperoleh dengan memanfaatkan tenaga-tenaga yang bersumber dari alam. Pembangkit listrik yang tergolong ramah terhadap lingkungan seperti air, dan angin. Namun untuk pembuatannya terbilang mahal. Di samping itu, efisiensi energi listrik yang dihasilkan pun tidak begitu besar dan untuk menjalankannya tergantung dari kondisi cuaca/lingkungan, tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
Akan tetapi, ada pula pembangkit-pembangkit listrik yang memiliki efisiensi energi listrik yang lebih besar seperti pembangkit listrik tenaga uap batubara, gas alam, dan bbm (bahan bakar minyak), namun memiliki efek negatif yakni menimbulkan permasalahan dan kerusakan lingkungan.

Permasalahan yang mulai muncul tidak hanya karena keterbatasan cadangan bahan bakar fosil (batubara, gas alam, dan petroleum) di bumi ini, tapi adalah dampak negatif dari ketergantungan sumber energi fosil tersebut, misalnya gas buang dari hasil pembakaran batu bara yang menghasilkan gas karbon dan debu dan sisa produksi listrik dari bahan bakar minyak yang menghasilkan gas CO2 yang mulai merusak atmosfer dan efek rumah kaca.

Di sisi lain, meningkatnya permintaan stok batu bara, gas alam, dan minyak bumi membuat eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam, seperti penggundulan hutan, penambangan liar, dan pencemaran laut yang mengakibatkan kerusakan ekosistem penghuni dunia ini.

Oleh karena itu, diperlukan suatu pembangkit listrik yang mempunyai karakteristik perpaduan semua efek positif dari pembangkit-pembangkit yang telah dijabarkan di atas. Solusinya hanya terdapat pada suatu pembangkit listrik yang banyak memiliki dampak positif daripada mudaratnya yaitu pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

B. Upaya Mengatasi Krisis Listrik dan Lingkungan

Kebanyakan orang mengenal “nuklir” sebagai sosok seram yang menakutkan dan mematikan. Anggapan ini terekam kuat dalam ingatan orang awam yang tidak pernah tahu, apa dan bagaimana nuklir itu; dan hanya menerima cerita dari sisi bahaya dan dahsyatnya saja. Cerita yang mencuat ke permukaan selama ini, selalu berkisar tentang dahsyatnya bom nuklir yang meluluhlantakkan kota Hiroshima dan Nagasaki atau bencana bocornya reaktor nuklir di Bhopal (India) dan Chernobyl (Rusia) yang banyak menelan korban jiwa atau bahaya ancaman penyalahgunaan pengembangan nuklir untuk dijadikan senjata, yang sengaja dihembuskan oleh negara-negara yang selama ini memiliki dan menikmati manfaat teknologi nuklir.

Penolakan terhadap “Indonesia Go Nuclear 2016” oleh sekelompok masyarakat yang dimotori LSM tertentu tampaknya perlu intropeksi diri, mengingat saat ini bangsa kita sudah terpuruk jauh. Sementara Vietnam (yang merdekanya belakangan) sudah mengambil ancang-ancang dan siap tinggal landas bersama teknologi nuklir dan kita masih berkutat di sekitar pro dan kontra pembangunan reaktor nuklir. Tapi disisi lain kita menginginkan ketahanan energi yang dapat membawa bangsa ini hidup mandiri dan sejahtera.

Untuk menjadi sebuah negara maju, kita memerlukan ketersediaan energi dengan jumlah yang cukup, dalam waktu yang tepat, dengan kualitas yang tinggi serta murah dan memadai. Pendayagunaan iptek nuklir di bidang energi mendukung Program Ketahanan Energi Nasional, sehingga masyarakat dapat menikmati listrik yang menjamin kelangsungan industri. Dengan demikian kehadiran nuklir di tengah-tengah kehidupan tidak perlu dirisaukan, karena dibalik risiko yang ditakutkan, nuklir banyak membawa kemaslahatan bagi manusia.

Nuklir merupakan energi terbarukan yang sangat diperlukan untuk manusia dewasa ini. Banyak sekali keuntungan dan kelebihan energi nuklir bagi kehidupan terutama dalam pemenuhan energi listrik. Selain itu, nuklir juga bisa dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi masalah lingkungan yang kian hari kita rasakan dampaknya diantaranya seperti pemanasan global dan pencemaran udara yang dimana penyebab utamanya adalah dari pembakaran bahan bakar fosil (batubara, gas alam, dan minyak bumi) yang tidak sebanding dengan pencegahannya.
Oleh sebab itu, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) mutlak didirikan di negeri ini karena sumbernya berkelimpahan di alam Indonesia, bisa dibangkitkan dalam skala besar, ekonomis dalam skala massal, memiliki fleksibilitas tinggi (satu gram uranium memiliki energi yang sama dengan pembakaran satu ton batubara), dan ramah lingkungan.

Kalau pun banyak orang menganggap bermasalah, maka masalahnya itu tergolong mudah untuk dipecahkan seperti penaganan limbah radioaktif yang memiliki potensi bahaya besar dan radiasinya yang bisa merusak lapisan di muka bumi ini. Namun, jika kita bisa menanganinya dengan baik, pasti energi nuklir adalah merupakan sumber energi yang menjadi solusi krisis energi dan listrik masalah lingkungan. Permasalahan yang dianggap masyarakat dari penggunaan PLTN tentang limbah radioaktif dan radiasinya sebenarnya mudah dicari jalan keluarnya yaitu dengan mengorbankan sebagian dari ribuan pulau di Indonesia untuk dijadikan tempat mendirikan PLTN.
Tidak heran, jika negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Rusia, Korea, Taiwan, Jepang, Cina, India, dan negara lainnya memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir karena mereka mengetahui bahwa inilah salah satu solusi sumber energi yang menjanjikan. Apalagi jika penelitian tentang reaktor pembiak cepat berhasil dikembangkan, dunia bakal memiliki sumber energi sempurna yang takkan pernah habis.

Untuk menangani kegelisahan masyarakat terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir, perlu ditindak lanjuti secara serius karena mau tidak mau, suatu saat nanti kita harus menggunakannya jika ingin menjadi sebuah negara yang maju. Di sinilah peran pemerintah diperlukan dalam rangka mensosialisasikan pembangkit listrik tenaga nuklir supaya rencana program “Indonesia Go Nuclear 2016” terealisasi dan mampu mengangkat martabat Indonesia di mata dunia.

Comment by "RAF":
Bukan hanya strategi penggunaan nuklir yang mampu sepenuhnya mengangkat martabat Indonesia di mata dunia....
Namun sebenarnya hal itu kembali lagi kepada bagaimana sistem pemerintahan negara ini. Ibarat sebuah lalu lintas sopir adalah pemimpinnya sedangkan rambu-rambu adalah merupakan sistem yang diterapkan di negara ini.... Lantas jika negara ini hendak maju, mesti memperbaiki kedua hal tersebut....
Sudah sepatutnya semua muslimin bersatu di bawah nanungan sebuah institusi islamiyah agar mampu menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa besar.... Janganlah kita terpecah dan dikotak-kotakkan seperti sekarang ini. :D

ingat hadits rasul!!!
“Dari Abu Amir Abdullah bin Luhai, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, bahwasanya ia pernah berdiri di hadapan kami, lalu ia berkata : Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah SAW pernah berdiri di hadapan kami, kemudian beliau bersabda : Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kami dari ahli kitab terpecah menjadi 72 golongan, dan sesungguhnya umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan. Adapun yang tujuh puluh dua akan masuk neraka dan satu golongan akan masuk surga, yaitu “Al-Jama’ah”.


atau


“Dari Auf bin Malik ia berkata : Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam : Sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, satu golongan masuk surga, dan tujuh puluh dua golongan masuk neraka”. Beliau ditanya : “Ya Rasulullah, Siapakah satu golongan itu ?”. Beliau menjawab ; “Al-Jama’ah”.

Kamis, 26 Agustus 2010

Misteri Al-Qur`an dan As-Sunnah Tentang Pelestarian Lingkungan

Akhir-akhir ini penduduk bumi resah dan dirisaukan oleh dampak pemanasan global. Krisis lingkungan ini perlahan merambah wajah bumi dan menyebabkan terjadinya peningkatan permukaan air laut. Al-qur’an secara lugas mengingatkan dampak pemanasan global, diantaranya surah Al-Infitar ayat 3, “Dan apabila laut dijadikan meluap”, surah Al-Takwir ayat 6, “Dan lautan yang penuh gelombang”, surah Al-Thur ayat 6, “Dan apabila lautan dipanaskan”. Ketiga ayat ini mengindikasikan bahwa, “Bila laut melimpah dan meluap”, maka dampak yang ditimbulkan berimplikasi pada banyak hal seperti perubahan cuaca, angin topan, perubahan iklim, gangguan ekologis, gangguan keamanan pangan, gangguan demografis, dan juga gangguan geografis.

Kondisi bumi saat ini sudah semakin parah. Bencana datang sambung menyambung seakan tak pernah putus. Mulai dari banjir, tanah longsor, semburan lumpur, gempa bumi, angin puting beliung, penyakit menular, kebakaran hutan, dan kekeringan hingga ancaman kiamat 2012. Semua itu terjadi akibat ulah tangan manusia yang dengan rakus menguras bumi dan isinya (sumber daya alam berupa batubara, minyak bumi, emas, kayu, dan lain-lain). Pasak-pasak bumi kian hari semakin rapuh aibat tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab yang hanya mencari keuntungan dunia saja.
Akibat perbuatan manusia ini telah tergambar pada firman Allah swt, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Q.S. Ar-Rum, ayat 41).

Demikian juga balasan yang akan ditimpakan kepada perusak lingkungan, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang memotong pohon Sidrah, maka Allah akan meluruskan kepalanya tepat ke dalam neraka.” (H.R. Abu Daud dalam Sunannya).

Jelaslah bahwa perusak lingkungan akan menuai hasil perbuatannya kelak di akhirat, di samping balasan yang nyata di dunia. Oleh karena itu, manusia harus menjauhi perbuatan dari kehidupan yang merusak lingkungan. Hijau bumi sebagai sumber kehidupan harus tetap lestari.

Ingatlah ketika Allah swt memerintahkan Adam a.s. bercocok tanam saat turun ke bumi. Ketika Rasulullah mengajarkan kepada para sahabat tentang pentingnya bercocok tanam, menanam pepohonan, dan anjuran mengolah lahan tandus menjadi lahan subur. Rasulullah menjanjikan bagi setiap perbuatan yang mendatangkan rahmat dan barokah dengan pahala besar, seperti usaha untuk memakmurkan bumi.

Memakmurkan bumi termasuk ibadah kepada Allah swt. Dalam beribadah tentunya tidak mengenal tempat dan waktu. Demikian halnya terhadap lingkungan, sikap optimis dan tidak ada istilah terlambat berbuat untuk perbaikan lingkungan, meskipun bencana sudah terjadi dimana-mana. Nabi bersabda, “Kalau tiba saatnya (kiamat), sedangkan ditangan ada biji (kurma), maka tanamlah segera.” (H.R. Bukhari)

Dalam suatu kisah diriwayatkan, ada seorang penghuni surga, ketika ditanyakan kepadanya, perbuatan apakah yang dilakukannya di dunia hingga ia menjadi penghuni surga? Dia menjawab, bahwa selagi di dunia ia pernah menanam sebuah pohon. Pohon itu ia rawat dengan sadar dan tulus ikhlas hingga pohon tersebut tumbuh subur dan besar. Menyadari akan keadaannya yang miskin ia teringat bunyi sebuah hadis, “Tidaklah seorang muslim yang menanam tanaman atau menyemai tumbuh-tumbuhan, kemudian buah atau hasilnya dimakan manusia dan burung, melainkan yang demikian itu shadaqah baginya” (H.R. Muslim). Didorong niat untuk bersedekah, maka ia biarkan orang berteduh di bawahnya dan diikhlaskannya manusia dan burung memakan buahnya. Sampai ia meninggal, pohon itu masih berdiri hingga setiap orang (musafir) yang lewat dapat istirahat berteduh dan memetik buahnya untuk dimakan atau sebagai bekal perjalanan. Burung pun ikut menikmatinya. Riwayat tersebut memberikan nilai yang sangat berharga sebagai bahan renungan, artinya dengan adanya kepedulian terhadap lingkungan memberikan dua pahala sekaligus, yaitu pahala surga dunia berupa hidup bahagia dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih, indah, dan hijau serta pahala akhirat di kemudian hari.

Dalam konteks pelestarian bumi dari kerusakan, maka Konsep Pembangunan Lingkungan yang berwawasan Al-Qur’an dan Hadis dapat dijadikan pedoman bagi pengambil kebijakan dan pelaksana kegiatan. Konsep ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
-Bahwa manusia sebagai khalifah di bumi, harus menguasai (minimal memahami) ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengembangkannya dalam nuansa humanisme dan aroma spiritual;
-Bahwa manusia harus menyingkirkan hawa nafsu dan amarah, dengan menampilkan akhlak mulia yang bermuara dari akal dan iman, sehingga tidak rakus, tidak tamak, dan tidak kufur ni’mat dalam mengeksploitasi lingkungan;
-Bahwa manusia yang mendambakan kehidupan akhirat (surga), kini saatnya memanfaatkan alam secara arif dan bijaksana ,dan segera menyadari kekeliruan karena semua perbuatan di dunia akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah swt.