Senin, 15 November 2010

Penggunaan Bahan Bakar Minyak dari Tumbuhan (Biofuel)

          Bahan bakar minyak (bbm) merupakan barang mutlak yang sangat dibutuhkan di era sekarang ini.  Betapa tidak, penggunaan alat-alat transportasi dan alat-alat rumah tangga tak bisa luput dari peranan bahan bakar minyak sebagai penggerak utamanya.
Adapun minyak bumi yang merupakan sumber daya penghasil bahan bakar minyak merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbarui.  Ini berarti jika minyak bumi habis, maka tidak akan dapat segera tergantikan mengingat butuh waktu jutaan tahun untuk proses pembentukannya.  Perkiraan bahwa cadangan minyak bumi Indonesia yang akan habis dalam 10-15 tahun ke depan, jika tak ditemukan lagi ladang minyak baru, dibenarkan oleh para analis energi minyak bumi.  Menurut mereka hal ini adalah masuk akal, melihat kenyataan pada tingkat konsumsi minyak masyarakat yang berada pada kisaran pertumbuhan konsumsi 5-6% pertahun (WARTA PERTAMINA, edisi Mei 2006).
Dikarenakan persediaan minyak bumi yang semakin menipis tentu berdampak terhadap penyediaan bahan bakar minyak.  Sehingga suplai bahan bakar minyak ke masyarakat untuk kebutuhan domestik semakin berkurang.  Namun, selain alasan krisis bbm yang disebabkan menipisnya cadangan bahan baku, terdapat faktor lain yaitu lemahnya kebijakan pemerintah dalam mengelola kebutuhan energi nasional.
Indonesia yang memproduksi minyak bumi  900.000 barel perhari, 50% diekspor ke luar negeri dikarenakan minyak bumi kita dikuasai oleh asing sebesar 87% (Banjarmasin Post, edisi 23 September 2010) menjadikan salah satu penyebab mengapa kita mengalami krisis bbm.  Hal ini terindikasikan dari banyaknya antrian bbm di beberapa tempat terkhusus di Kalimantan Selatan yang memang sudah menjadi langganan kekurangan bahan bakar minyak karena penyediaannya kalah besar dengan konsumsi kebutuhan masyarakat setempat. 
Di tahun 2010 ini pun, kita masih merasakan hal tersebut, terlihat dari kepanikan pemerintah daerah dalam rencana untuk langsung datang kekementrian ESDM di  Jakarta dalam rangka menambah penjatahan bbm untuk wilayah Kalimantan Selatan.  Kita patut mengapresiasi upaya pemerintah yang berusaha keras untuk mengatasi permasalahan ini.
Terlepas dari itu semua, memang tak dapat dipungkiri suatu saat pasti bbm yang berasal dari minyak bumi (fosil) akan lenyap dari pandangan kita.  Dan itu adalah masa krisis massal  yang nantinya akan berdampak secara sitematis dan struktural.  Untuk itu, demi menyelamatkan kondisi dari krisis, nampaknya mau tidak mau perlu adanya penggalakkan penggunaan energi minyak yang berasal dari tumbuhan yang sering dikenal dengan sebutan biofuel  seperti biodiesel jarak pagar sebagai pengganti solar, bioetanol/biobutanol dari ubi kayu, gandum, kentang, dan jagung sebagai pengganti bensin, dan biokerosin dari lateks karet pengganti minyak tanah yang dapat digunakan secara langsung sebagaimana penggunaan minyak tanah dari fosil (hasil penelitian Robby Adwa Fahlepi, tahun 2008). 
Mengingat kondisi Indonesia yang mencukupi syarat tumbuh tanaman-tanaman tersebut dan sangat mudah kita temukan dalam keseharian kita, nampaknya akan membawa berita gembira bagi masyarakat Indonesia khususnya, tinggal menunggu kebijakan pemerintah untuk memproduksinya secara massal.  Dengan menggunakan bahan bakar minyak dari tumbuhan (biofuel) tentu akan mampu mengatasi krisis energi bbm di Kalsel khususnya dan Indonesia pada umumnya , selama tumbuhan tersebut mampu tumbuh subur di negeri ini.  Krisis bahan bakar minyak terselesaikan, krisis lingkungan akan semakin terobati berkat penggunaan biofuel yang jauh lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil yang dikenal selama ini sebagai penyebab utama timbulnya pemanasan global.

2 komentar:

  1. Sebelumnya mau ngucapin terima kasih nih udah share..
    Syukron yaa.. ^O^

    Wah, wah, kalau ini terus dibiarkan bisa-bisa kita akan kelabakan deh di masa depan. Makanya kita harus mikirin dari sekarang. Setidaknya dampak yang dihasilkan dapat diminimalisir. Kalau menurutku sih.. kita itu sebenarnya mampu mengolah SDA kita sendiri, tapi masalahnya SDMnya yang kurang. Jadinya kayak gini deh. SDA yang kaya nggak bisa terolah dengan baik. Selain itu juga disebabkan munculnya penguasa-penguasa serakah yang dengan seolah-olah ingin menguasai kekayaan alam Indonesia. Weleh, weleh..

    Aku nggak bisa ngelakuin apa2 By. Paling cuma menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan plus memakai SDA dengan secukupnya. Tapi kuharap semoga setelah dipublikasikannya artikel ini akan lahir para perintis-perintis/ilmuan muda yang akan membanggakan Indonesia. Amin.. =)

    BalasHapus
  2. masama sob . . . :)

    sbnr'a itu lho masalahnya, trdpt pada pemerintahan negeri ini yg mungkin boleh dikatakan 'lebay' (hehe, pake tanda kutip yaaa lebay'a)... masa Indonesia yg kaya SDA bisa miskin?.... asing2 yg menguasai Indonesia terutama AS, upss... cth:PT Freeport yg menguasai emas kita di papua. kita cmn dpt pajak yg tentu kecil bener nilai'a jk dibandingkn kalo kita sendiri yg ngelola'a...

    kita tak dpt mlpskn penjajahan itu, coz hutang kita pd asing d masa lampau... apalagi kemitraan komprehensif yg smakin diperdalam asing kpd Indonesia... bisa2 bs hancur dong Indonesia.... na'udzubillah(koq bicara ke politik yaa) gpp lah, skaligus mengasah keterampilan di bid politik... coz definisi ak trhdp politik=mengurus urusan masyarakat banyak.. hehe

    so, meskipun demikian, apapun yg bisa dilkuin utk memperbaiki keadaaan ini, mari kita lakukan dengan langkah yg sama dan 'tegas' . . .

    "Semua impian kita dapat menjadi nyata, jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya..." (sebuah kutipan)

    BalasHapus